RENUNGAN



“Aku siap?/!”
sebuah pertanyaan atau pernyataan
Semakin tua, tubuh akan semakin lemah dan rapuh. Maka orang berkata usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Artinya usia indah adalah masa dekat dengan akhir kehidupan (tutup usia/ kematian).

Pdt. Calvyn Taunaumang, S.Th seorang  Pendeta dan penyuluh agama Kristen di Kecamatan Tahuna, Kabupaten  Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, menulis 45 renungan Tentang Kematian dalam bukunya yang cukup unik dengan judul “semua calon-calon mayat”, menuliskan :  

Cepat atau lambat, suatu saat kematian pasti mendatangi kita. Bukan nisbi tetapi niscaya. Ibarat berada pada antrian panjang dan menunggu giliran untuk dipanggil. Maka yang terbai, bukan menghindar tetapi menghadapi. Demikianlah kematian.

Itu artinya sebenarnya kematian “menunggu siapapun”, tanpa terkecuali, itu juga berarti pertanyaan “aku siap” juga ditujukan kepada siapapun. Tetapi seringkali kematian dikaitkan atau didekatkan pada orang-orang yang sudah berusia tua yang dianggap sudah mendekat pada akhir kehidupan. Hal ini bukan berarti salah, tetapi sekali lagi kematian tidak hanya menunggu kaum atau golongan usia lanjut, tetapi semua orang.

Kidung Jemaat 334 berkata
“Tiap orang harus mati, bagai rumput yang kering. Makhluk hidup harus busuk, agar lahir yang baru. Tubuh ini akan musnah, agar hidup disembuhkan. di akhirat bangkitlah, masuk sorga yang megah.”

Maka sangat perlu berbicara mengenai “kesiapan” diri menghadapi kematian.

Ada 2 respon umum orang tua (usindah) jika berbicara mengenai akhir kehidupan :
1.   Takut menghadapi akhir kehidupan (sebut saja kematian)
2.   Belum siap menghadapi kematian.

Dalam masa ini (usindah), beberapa orang mengalami ketakutan untuk menghadapi kematian.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan rasa takut mati atau “belum siap” mati. Antara lain :
1.   Pemahaman yang belum tepat mengenai kematian.
2.    Kesadaran bahwa menyandang status sebagai usindah, sebagai oppung, oma, kakek/ nenek, itu berarti masa hidup kita sebentar lagi, dan akan tutup usia, sekaligus juga   berarti kita akan meninggalkan semuanya. Maka kata-kata  “sebentar lagi” terus rekat dalam ingatan kita dan hal itu dapat membuat kita semakin takut.
3.   Merasa belum dapat berbuat apa-apa, atau belum dapat meninggalkan/ mewariskan sesuatu yang berharga bagi anak dan keturunan.
 Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989) terdapat berbagai karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di antaranya adalah: keinginan untuk meninggalkan warisan (tidak selalu materi). Maka ada pepatah Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Artinya manusia sebelum mengakhiri hidupnya, ia ingin meninggalkan sesuatu yang berarti dalam hidupnya, bagi sekelilingnya khususnya keluarga. Ketika hal ini belum tercapai, maka sepertinya agak berat untuk meninggalkan anak/ cucu.
 Salah satunya adalah Mewariskan Kebahagiaan.
Survey mengatakan dari 25 orang tua yang diberikan pertanyaan : apakah anda sudah membahagiakan anak anda ? Mereka umumnya menjawab belum.
 Ini menunjukkan bahwa ada keinginan lebih dari orang tua untuk berbuat/ membahagiakan anak, meskipun sebenarnya jawaban “belum” tidak selamanya benar, sebab kebahagiaan tidak diukur dari materi yang diberikan orang tua saja. Namun yang pasti ada sebuah harapan bahwa orang tua ingin  membahagiakan anak dengan meninggalkan harta warisan/ materi, yang dianggap dapat memberikan kebahagiaan.
 Jika orang tua dapat meninggalkan sesuatu yang berharga, baik bagi keluarga maupun bagi orang banyak, mereka umumnya siap berhadapan dengan kematian. Seperti kisah singkat berikut ini.
 REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--Ratusan manula di Jepang berkumpul. Mereka membentuk laskar berani mati. Tugas mereka sangat berbahaya: Mematikan PLTN Fukushima. Ini kisah mereka:

Di salah satu sudut kota Tokyo, di dalam kantor, tiga manula sedang asyik bercengkerama. Mereka ditemani komputer dan telepon seluler (ponsel). Kalau tidak melihat latar belakangnya, ketiganya persis seperti manula yang sedang kongkow-kongkow menghabiskan hari.

Namun manula yang ini lain. Mereka adalah trio pimpinan laskar veteran (The Skilled Veteran Corps) yang akan diterjunkan ke salah satu lokasi nuklir paling berbahaya di dunia saat ini, PLTN Fukushima.

Laskar manula beranggotakan 250 orang manula terlatih. Rerata umur mereka di atas 60 tahun. Kok bisa mereka yang dipilih? Ternyata ini berkaitan dengan fisiologis tubuh manula.

Menurut riset, sel-sel orang tua akan bereaksi lebih lamban terhadap radiasi nuklir ketimbang orang dewasa. Yasuteru YAmada (72 tahun), salah satu pimpinan laskar mengatakan, ia dan ratusan rekan mereka siap mengorbankan jiwa raga demi rakyat Jepang.
 Mereka siap mati karena bagi mereka berbuat sesuatu diakhir hidup, itu yang terpenting apalagi sangat berguna bagi rakyat Jepang.
 Menurut Bernice Neugarten  (1968)  James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Artinya orang tua umumnya berharap diakhir hidupnya ia bertemu dengan yang namanya “keberhasilan”, kesuksesan yang dapat dinikmati. Jika hal itu tidak ditemui, maka ada perasaan “kurang puas”, “gagal”, ada sesuatu yang belum lengkap. Maka rasanya ingin tetap berjuang.

4.    Meninggalkan keluarga/ anak dalam keadaan :
[1]     Belum berhasil
[2]     Ada dalam persoalan yang besar
[3]     atau anak belum dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh orang tua
sehingga hal diatas membuat orang tua merasa belum siap meninggalkan anak-anak.
Seringsekali dalam perjalanan akhir hidup, orang tua disuguhkan, diperhadapkan dengan persoalan-persoalan besar dari anak-anak mereka, diantaranya, seperti :
1)    Anak diambang perceraian
2)    Anak tidak seiman dengan orang tua
3)    Anak belum memiliki buah hati (keturunan)

Di New Orleans Amerika serikat, ada papan yang bertuliskan Before I Die, yaitu papan yang disediakan untuk menuliskan harapan-harapan orang sebelum mereka meninggal.


Nah…..demikian juga kira-kira bagi orang tua.
Ada beberapa harapan umum orang tua terhadap anak-anak mereka atau keturunannya sebelum ia meninggal : 
1)    Anak sudah bekerja dan hidup berkecukupan (mandiri secara ekonomi).
Dalam tradisi Toraja, anak tidak hanya diharapkan dapat hidup mandiri, tetapi diharapkan memiliki materi lebih, dan memiliki kedudukan terhormat, sebab kehormatan keluarga sangat ditentukan oleh keberadaan materi  dan status anak saat orang tua meninggal. Sebab upacara kematian bagi suku Toraja membutuhkan biaya yang sangat besar.

Sekilas
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman (Rambu Solo' = sama dengan ngaben di bali, ) merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Upacara ini dilakukan berhari-hari bahkan bisa berlangsung selama 2 mingggu bagi kaum bangsawan dengan rangkaian acara yang panjang sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal.

Rambu Solo sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian, karena bagi suku Toraja, orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini dilengkapi. Jika belum, maka jenazah orang yang meninggal tersebut disimpan bahkan bisa selama bertahun-tahun di Tongkonan (rumah adat Toraja) sampai akhirnya keluarga dapat menyiapkan hewan kurban. (Namun bagi penganut agama Nasrani dan Islam kini, jenazah dapat dikuburkan dulu di tanah, lalu digali kembali setelah pihak keluarganya siap untuk melaksanakan upacara ini.
Tidak hanya itu, Jenazah orang yang meninggal hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan, minuman, rokok, bahkan selalu diajak berbicara.

Maka masyarakat setempat menganggap upacara  ini sangat penting, karena kesempurnaan upacara ini akan sangat menentukan posisi  arwah orang yang meninggal,
o   apakah sebagai arwah gentayangan (bombo)
o   arwah yang mencapai tingkat dewa (to-membali puang)
o   atau menjadi dewa  pelindung (deata). 
Maka upacara Rambu Solo menjadi  sebuah “kewajiban”, sehingga dengan cara apapun masyarakat Tana Toraja akan  mengadakannnya sebagai bentuk pengabdian kepada orang tua mereka yang meninggal  dunia.
Bagian dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih.

Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya (tempat terakhir) jika ada banyak kerbau.
Bila bangsawan yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau yang akan dipotong untuk keperluan acara jauh lebih banyak dibanding untuk mereka yang bukan bangsawan. Untuk keluarga bangsawan, jumlah kerbau bisa berkisar dari 24 sampai dengan 100 ekor kerbau. Sedangkan warga golongan menengah diharuskan menyembelih 8 ekor kerbau ditambah dengan 50 ekor babi, dan lama upacara sekitar 3 hari.

Kuburan di bukit_Toraja

Dengan demikian, umumnya orang tua sangat mengharapkan agar anak-anak mereka mampu secara ekonomi agar ketika orang tua meninggal, dapat diberangkatkan/ dikuburkan dengan terhormat.

Mungkin juga tidak jauh berbeda dengan suku batak, anak diharapkan menjadi anak yang berhasil yang nantinya dapat memberi kehormatan pada saat orang tua meninggal. Sebab bagi suku batak, untuk upacara yang meriah juga dibutuhkan biaya yang cukup besar.

2)    Anak sudah memiliki buah hati (maksudnya cucu)
3)    Anak dapat mewarisi pekerjaan/ usaha orang tua, karena ada orang tua yang ingin sekali agar anaknya meneruskan usaha yang sudah ia bangun dengan jerih payah dan penuh perjuangan, apalagi usaha keluarga tersebut sudah turun temurun, dan usaha itulah yang mengharumkan nama keluarga (spt. Sido Muncul, dll). Orang tua tidak ingin, atau tidak rela jika usaha itu berhenti sampai ditangannya.
4)   Ada anak yang dapat meneruskan kehormatan orang tua, nama baik orang tua, atau nama besar keluarga.
5)    Anak yang dapat diandalkan, diharapkan untuk membimbing adik (saudaranya) yang lain, biasanya harapan ini ditujukan kepada anak tertua.
6)    Meneruskan mimpi orang tua yang belum terwujud.
7)    Anak kelak bisa lebih baik dari pada orang tua.
8)    Mampu menanggung hidup orangtuanya yang semakin tua.

Jika hal diatas belum terpenuhi, umumnya orang tua berusaha keras agar hal diatas terwujud sebelum ia meninggal. Namun seringkali persoalan-persoalan diatas justru menambah beban bagi orang tua, bukannya memiliki banyak waktu untuk berusaha mewujudkan hal diatas tetapi justru memperpendek waktu, karena tidak jarang orang tua menjadi sakit.
Jika hal diatas sudah terpenuhi, umumnya orang tua akan lebih siap sebab baginya sudah lengkap dan sempurna.

Dalam tradisi tertentu, kesempurnaan hidup (maksudnya hal-hal diatas telah terpenuhi) menjadi sesuatu yang diperjuangkan karena ketika dianggap sempurna menjadi nilai plus, atau suatu kebanggaan yang akan menyertai kepergiannya. Maka dalam tradisi batak ada beberapa tingkatan kehormatan orang tua yang meninggal berdasarkan kesempurnaan yang menyertainya.
Seperti tingkatan :
[1]  Sari matua : adalah seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).
[2]  Saor matua: Seseorang disebut Saur Matua, ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”.  Artinya seseorang yang meninggal telah memiliki cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan.

Biasanya ini menjadi harapan orang tua terhadap anak-anaknya, apalagi orang tua yang sangat memegang teguh adat-istiadat.

5.    Belum siap berpisah dengan suami atau istri dengan berbagai alasan.

Julianto Simanjuntak pernah menulis :
Mereka yang berusia 70-80 an memiliki kepastian yang lebih tinggi untuk ditinggal mati oleh pasangannya dibandingkan mereka yang berusia 30-an.
 Catatan :
Pdt. Julianto Simanjuntak adalah pendiri Layanan Konseling Keluarga dan Karir(LK3):  Taman Permata Sektor 5 Blok A7 No. 38,  LIPPO - Karawaci
Pengarang Buku, diantaranya :
§  "Tidak Ada Anak yang Sulit"
§  Mencinta Hingga Terluka
§  Seni Merayakan Hidup yang Sulit
  
Ada beberapa alasan suami/ istri belum siap berpisah:
[1]       Jika salah satu suami atau istri mengalami sakit penyakit yang harus membutuhkan bantuan atau pertolongan, maka terasa berat untuk berpisah meninggalkan pasangannya.
[2]       Tidak ada jaminan bagi yang diitnggalkan. Misalnya jaminan kelangsungan hidup, jaminan untuk merawat istri atau suami yang akan ditinggalkan.
[3]       Ternyata umunya istri sangat sulit meninggalkan suami.
Julianto Simanjuntak pernah menulis :  
 “Ujung dari keintiman perkawinan bisa berujung kejam dan pahit bagi seorang Pria.  Saat isteri meninggal, para pria umumnya tidak bisa mengatasi kesendiriannya dengan baik.”
A A Milne seorang humoris Inggris pernah berkata :

. “”Jika Anda hidup seratus tahun, saya ingin hidup seratus tahun dikurangi satu hari, Dengan begitu, saya tak pernah hidup tanpa Anda.”


Jika kita ada diantara point-point diatas, haruskah kita takut atau berkata
“aku belum siap”?
Dapatkah seseorang menunda kedatangan maut itu ?
Siapkah kita ?
Apa yang membuat kita takut atau belum siap ?
Apa yang harus kita lakukan agar kita dapat berkata “aku siap !”

Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan sebagai Jawaban :

Sebut saja “BBBM” atau triple BM

Bersyukur, Berusaha, Berdamai, dan Menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan, mungkin kata yang sedikit agak tepat.


Bersyukur untuk segala sesuatu bukan karena segala sesuatu.

Firman Tuhan berkata :
“Bersyukurlah dalam segala hal”

Bersyukurlah untuk segala sesuatu yang Tuhan berikan yang mampu kita lakukan hingga sampai saat ini.

Berikut ilustrasi agar kita terus bersyukur :

Begitu memasuki mobil mewahnya, seorang direktur bertanya pada sopir pribadinya, "Bagaimana kira-kira cuaca hari ini?" Si sopir menjawab,"Cuaca hari ini adalah cuaca yang saya sukai." Merasa penasaran dengan jawaban tersebut, direktur ini bertanya lagi, "Bagaimana kamu bisa begitu yakin?"
Supirnya menjawab, "Begini, pak, saya sudah belajar bahwa saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, karena itu saya selalu menyukai apapun yang saya dapatkan".

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.
1.    Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.
2.   Kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Masalah berikutnya adalah seringkali kita melihat diri orang lain. Si A hidupnya baik, bahagia, sukses, punya anak, punya menantu, dilimpahi materi, bisa bersenang-senang, sementara saya………
Sikap seperti ini sering membawa kita kepada penyesalan yang berakhir dengan sakit penyakit.

Ingatlah……..

Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, lebih sukses, lebih kaya, lebih dan lebih…...

Maka bersyukur kepada Tuhan adalah kata yang paling tepat.

 Berusaha semampu dan sebisa kita. Apa yang menjadi harapan kita yang belum terpenuhi dapat kita kerjakan, lakukan dan dapat kita sampaikan/ utarakan kepada siapapun, anak, keluarga, dll.
Cobalah lihat hal-hal yang belum terselesaikan yang merupakan, atau seharusnya menjadi tugas kita, selesaikanlah satu demi satu tentu mintalah bantuan kepada Tuhan dan orang-orang terdekat yang dapat menolong.

Berusaha itu baik, untuk memuaskan perasaan, tetapi ingatlah JANGAN MENJADI FOKUS UTAMA LAGI.  Ingat juga kesehatan, artinya jangan sampai mengganggu kesehatan.

 Berdamai_berdamai dengan keadaan kita diusia yang tidak muda lagi, yang sekaligus berarti kita ada dalam keterbatasan.
Ada istilah
I can do anything, Just not everything
Saya dapat lakukan apapun,
tetapi tidak untuk semua hal

Setiap manusia menginginkan kesempurnaan, tetapi manusia sangat terbatas dengan kemampuan dan kekuatannya.

Ingatlah, ada hal-hal yang tak dapat kita selesaikan sampai akhir hidup kita,
dan itu tidak selalu berarti KEGAGALAN.

Ada beberapa sikap yang seringkali timbul diusia senja, ketika kita menganggap diri tidak mampu menyelesaikan segalanya dengan baik :
[1]     Menyesal
[2]     Menyalahkan diri sendiri
[3]     Larut dalam perenungan

Berikut harapan seorang usindah dimana didalamnya sarat dengan makna, diantaranya memahami diri, berdamai dengan diri dan kesiapan diri :


 Harapan Seorang Usindah

Untuk anak kami

Ketika engkau melihat kami sudah tua, lemah dan membosankan.
Bersabarlah dan berusahalah memahami kami…………..

Kalau kami menjadi kotor pada saat makan.
Kalau kami tidak dapat mengenakan pakaian sendiri.
Bersabarlah dan ingatlah akan masa-masa saat kami memberimu makan dan memakaikan pakaianmu.

Kalau kami berbicara dengan mengulang-ulang..
Jangan memotong pembicaraan kami.
Dengarkanlah kami
Ketika engkau kecil, kami membacakan cerita berulang-ulang sebelum kamu tertidur lelap

Kalau kami tidak mau mandi, janganlah menjadi malu atau memarahi kami.
Ingatlah saat dimana kami harus mengejarmu untuk mandi dan engkau melontarkan seribu satu alasan untuk tidak mandi

Kalau kamu melihat ketidaktahuan kami dalam menghadapi teknologi yang baru
Tolong kami dalam menjelajahi jaringan yang luas ini.

Kami mengajarmu banyak hal……
Makan makanan yang tepat, berpakaian dengan pantas, memperjuangkan hakmu..

Kalau pada waktu-waktu tertentu kami kehilangan sambungan pembicaraan kami
Berikanlah kami waktu yang cukup untuk mengingat
Dan apabila kami tidak mampu mengingat, jangan gelisah
Karena yang terpenting bukanlah pembicaraan kami
Tetapi kebersamaan denganmu dan kalau engkau mau mendengarkan pembicaraan kami….


Kalau kami tidak ada nafsu makan,
jangan paksa kami…….
Kami tahu kapan kami harus makan dan kapan tidak,

Kalau kaki kami yang lemah tidak kuat lagi dan tidak memungkinkan kami untuk berjalan tanpa tongkat,
Tolonglah kami.
Seperti yang kami lakukan ketika engkau mulai melangkah dan belajar berjalan

Dan apabila suatu ketika kami berkata kepadamu bahwa kami tidak ingin hidup lagi, kami ingin mati,
Janganlah marah,
Suatu ketika nanti engkau akan mengerti

Berusahalah untuk memahami bahwa pada usia ini kami tidak hanya hidup,
melainkan berusaha bertahan hidup

Suatu ketika nanti kamu akan menyadari,
walaupun ada kesalahan yang kami perbuat,
Kami selalu menginginkan yang terbaik untukmu.
Dan kami berusaha mempersiapkan jalanmu

Kamu tidak perlu merasa sedih, marah atau malu,
kalau kami berada didekatmu.
Tetapi berusahalah memahami dan menolong kami seperti apa yang kami lakukan ketika kamu kecil

Tolong kami berjalan
Tolong kami menjalani sisa hidup kami dengan kasih dan martabat
Kami akan membalasmu dengan senyum kami dan kasih yang besar yang kami miliki untukmu

Kami mengasihimu nak
(ayah dan ibu)


Menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
Berdoalah bagi anak dan keturunan kita agar segala yang belum tercapai, diberikan Tuhan, dan berdoalah agar Tuhan ijinkan kita dapat menyaksikannya.

Ketika kita angkat tangan, maka Tuhan turun tangan


Hary Tanoesoedibjo pernah berkata :

“”Hadapi masa lalu tanpa penyesalan. Hadapi hari ini dengan tegar dan percaya diri. Siapkan masa depan dengan rencana yang matang dan tanpa rasa khawatir.”





ilustrasi

Saya tahu Tuhan saya ada disana
dan itu sudah cukup


Seorang pasien berpaling menghadap dokternya,
Ketika dokter itu bersiap untuk pergi,
ia berkata: "Dokter, Aku takut mati. Ceritakan apa yang ada disebelah sana (kematian)"

Dengan lembut, dokter itu berkata, "Saya tidak tahu."

"Anda tidak tahu…..?
Anda seorang Kristen ! anda  tidak tahu apa yang ada disebelah sana?"

Dokter itu sedang memegang gagang pintu kamar,
disebelah pintu luar  terdengar suara garukan dan keluhan, begitu pintu itu dibukanya, seekor anjing menerobos masuk dan melompat kearahnya dengan antusias dan senang sekali.

Menoleh kearah sang pasien, dokter berkata, :
"Anda lihat anjing saya?
 ia belum pernah masuk ruangan ini sebelumnya,
 ia tidak tahu ada apa didalamnya.
Ia tidak tahu apa-apa, kecuali satu, ia tahu bahwa tuannya ada didalam,
dan ketika pintu dibuka, ia langsung melompat, masuk tanpa takut.

Saya hanya tahu sedikit tentang ada apa di sebelah kematian tapi saya tahu benar tentang satu hal...
 saya tahu Tuhan saya ada disana dan itu sudah cukup."





Menjadi pribadi climber
Dalam menjalani kehidupan ini ada 3 tipe/jenis manusia
  1. Quiter= Tipe orang yang cepat menyerah, Gampang putus asa, Berkata aku tidak bisa
  2. Camper/ camping =tendah, Ia akan bekerja, memulai, tetapi tidak dapat menyelesaikan sampai akhir/ berhenti ditengah jalan. Ketika ada cobaan, halangan, rintangan, orang tipe / jenis ini langsung berhenti. Maka disebut tipe camper dari kata camping atau berkemah, maksudnya orang tipe ini, ketika aka cobaan/ hambatan ia langsung berhenti dan membuat kemah/ tenda, lalu menyerah.
  3. Climber= Disebut pendaki sejati, tipe ini dekat dengan yang namanya keberhasilan

Tipenya :

  • Tidak cepat puas
  • Harus dapat/ harus selesai
  • Pantang menyerah
  • Berpikir selalu ada jalan keluar
  • Mottonya : ada banyak jalan menuju roma, Seribu satu cara
  • Berpengharapan
  • Optimis
  • Gigih
  • Menghargai peluang sekecil apapun
  • Berprinsip : kegagalan awal keberhasilan
  • Terbuka terhadap perubahan : perubahan awal keberhasilan

Rasul Paulus mengajarkan (melalui hidupnya) agar kita memiliki tipe yang ke-3 yaitu climber.
Jika melihat perjalanan hidupnya, maka kehidupan Rasul Paulus cukup berat. 
Alkitab menjelaskan;
Tetapi Rasul Paulus pantang mundur. Dia mengibaratkan kehidupan ini seperti lomba lari dan ia menegaskan ia akan mengakhiri pertandingan/ lomba lari itu sampai akhir/ finis untuk mendapat mahkota kehidupan/ janji Allah yaitu kehidupan kekal bersama Allah di sorga.

Maka ia berkata :
2Tim. 4:7 = Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

Maka ia menganjurkan

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

Cerita Daud dan Goliat juga mengingatkan kita bahwa kita harus seperti Daud pribadi yang climber.
Pribadi yang optimis, brani dan pantang menyerah.
Alkitab menjaleskan secara rinci siapa Daud dan siapa Goliat tentara filistin ini.
   
Goliat
Daud
1 Samuel 17
Tingginya enam hasta sejengkal
Daud kecil perawakannya
Hanya menggunakan ketapel
Pribadi yang tidak diperhitungkan
Ketopong tembaga ada dikepalanya
Memakai baju zirah yang bersisik
Berat baju zirah : 5000 syikal tembaga
Memakai penutup kaki dari tembaga
Dibahunya memanggul lembing tembaga
Memegang gagang tombak, dan mata tombak itu seberat 600 syikal besi
Dilengkapi dengan seorang pembawa perisai didepannya

Secara logika dan matematika , jelas dan sangat jelas tidak SEBANDING

17 : 24 ; ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka daripadanya dengan sangat ketakutan.

 Maka Raja Saul berkata :
“Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak  dari masa mudanya telah menjadi prajurit.

Tetapi Daud berkata :
“Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang filistin yang tak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu daripada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan daripada Allah yang hidup”.

Akhirnya Daud dengan semangat, keberanian mampu mengalahkan Goliat hanya dengan ketapel, bukan kategori senjata, hanya sebuah mainan.

Banyak contoh tipe climber :

Kisah Seniman Jalanan Manggung di Luar Angkasa
Guy Laliberte (2 September 1959)
·        anak seorang perawat
·         ayah seorang excecutive public relation sebuah perusahaan di Quebec, kanada
·         sekolah sampai SMA
·         bermula dari manggung dijalanan
   Laliberte tak punya cukup uang sehingga tak punya tempat untuk menginap. Ia menghabiskan malam pertamanya di ibu kota Inggris dengan tidur di bangku taman Hyde Park
·         Ia bekerja di perusahaan pembangkit listrik. Namun, ia cuma bekerja tiga hari. Ada pemogokan massal yang membuatnya keluar.
·    bergabung dengan seniman jalanan Gilles Ste-Croix. Bersama Gilles, ia menggagas festival seni jalanan hingga pesta karnaval.
·         Sukses akhirnya mencoba peruntungan ke holliwood
manggung diluar angkasa pada 9 Oktober 2009. Dunia menyaksikan Guy Laliberte berbicara dari stasiun ruang angkasa atau International Space Station (ISS) dalam satu program siaran langsung televisi ke bumi..
  • "Badut pertama yang bisa menjelajah hingga ke ruang angkasa."
  • Laliberte bisa pergi ke ruang angkasa dengan membayarUS$ 35 juta (sekitar Rp319 miliar) agar biasa menggunakan pesawat ulang-alik milik Rusia, Soyuz.
  • harta Laliberte saat ini mencapai US$ 2,5 miliar atau lebih dari Rp 22,5 triliun.


ia berhasil mengubah dirinya yang kekurangan uang di jalanan pada masa mudanya menjadi lelaki yang kelebihan uang untuk jalan-jalan.

contoh Climbers 
MOBIL ESEMKA
Tidak hanya dibuat tetapi mereka berharap suatu waktu mobil produksi anak smk solo bisa menjadi mobil nasional. Maka walikota dan seluruh masyarakat Solo memberangkatkan mobil esemka ke Tangerang untuk uji kepatutan dan kelayakan dengan harapan mendapat ijin untuk diproduksi missal. Mereka optimis, punya harapan, berani dan bergerak/ action, ditengah-tengah cibiran orang banyak, bahkan cibiran para pejabat. Orang berpikir mobil esemka akan sama nasibnya dengan mobil produksi lokal yang gagal seperti mobil tawon, komodo, mobil kancil, dll. Tetapi mereka berani dan punya harapan.

Hendaknya kita menjadi pribadi climber. Dalam kehidupan ini tentu kita memiliki banyak harapan, keinginan.
Anak baik, Punya pekerjaan baik, Karier baik, Ingin ini, ingin itu, tetapi seringkali harapan itu pupuh, kandas, bahkan hilang karena kendala, hambatan, tantangan

Maka dibutuhkan manusia climbers, yang    kuat, tangguh,  punya harapan,  berani,  tidak gampang mengeluh

ada orang sebentar-sebentar mengeluh-sebentar-sebentar mengeluh, kok mengeluhnya sebentar ?
tidak mudah berkata pantang menyerah ketika berhadapan dengan kesulitan
·        bagaimana caranya :
  • Dekat dengan Tuhan dan mengandalkan Dia. Semakin berat persoalan, semain mendekat. Bayangkan antrian sembako, semakin kita merasa perlu, maka kita semakin mendekat, bahkan rela berdesakan.
  • Tetap dalam persekutuan orang percaya, karena disitulah kita akan dikuatkan. Banyak orang mundur dari persekutuan karena persoalan, kecewa, dll. Jangan tinggalkan persekutuan. Sebab jerih payahmu tidak akan sia-sia.


PEMAHAMAN YANG BENAR -Markus 8:31-38

NATS PENYEMPURNAAN PEMAHAMAN
Markus 8:31-38 merupakan percakapan kecil antara Yesus dan murid-Nya, yang merupakan salah satu bagian dari cerita pengajaran yang bertujuan untuk menyempurnakan pemahaman murid-murid tentang siapa Yesus dan apa misi Yesus datang kedalam dunia.

Pemahaman yang benar begitu penting, sebab jika kita tidak memahami dengan baik, maka yang bisa dipastikan kita akan salah bersikap/ bertindak.
Seperti :
Ø pemahaman yang tidak baik terhadap diri sendiri akan jatuh kepada penghakiman, berpikir negatif dan akan memiliki citra diri negatif
Ø pemahaman yang tidak baik tentang orang lain juga akan berakibat kepada sikap menghakimi, mencela
Ø pemahaman yang tidak sempurna terhadap tuhan akan membawa sikap menyalahkan tuhan, sikap tidak hormat terhadap tuhan
Untuk itu begitu penting bagi Yesus untuk memberikan pemahaman kepada murid-murid-Nya, memaparkan secara rinci apa maksud keberadaan_Nya di bumi ini kepada murid-murid_Nya.

Ada beberapa cara yang Yesus lakukan:
1.    Yesus mengajar secara langsung hukum-hukum, perintah, firman, tentang kerajaan sorga
Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
2.    Yesus melakukan muzizat-muzizat. Dengan melihat mujizat mereka dapat memahami bahwa Allah dalam diri Yesus adalah pribadi yang : penuh kuasa.
3.    Yesus melakukan konfirmasi atas pengajaran yang sudah Ia sampaikan, lewat pertanyaan-pertanyaan penting tentang diri-Nya. Dimaksudkan untuk mengecek, melihat sejauh mana pemahaman murid bahkan orang banyak tentang keberadaan diri-Nya. Itulah yang dilakukan Yesus pada pasal 8:27-30.
Maka teks yang kita baca adalah satu bagian dari bagian-bagian lain yang berisi sebuah pengajaran agar murid memahami benar siapa Yesus dan apa misi Yesus, maka Yesus mengajar, memberikan pemahaman apa yang akan terjadi atas dirinya menyangkut misi-Nya, yaitu bahwa Mesias harus memikul salib.

Mengajar dengan sangat jelas

Terjemahan biasa
Mrk 8:32
Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia.
BIS

dengan jelas sekali Yesus memberitahukan hal itu kepada pengkut-pengikutnya
God News

He made this very clear to them
NIV

He spoke plainly about this, ….

Dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dan God Nesw sangat jelas dikatakan bahwa Yesus mengajar dengan sangat jelas (digunakan kata “jelas sekali” dan “very clear”: sangat jelas, plainly : dengan sederhana/dengan terus terang).

Pertengkaran, ketidakharmonisan bahkan berujungnya pernikahan pada sebuah perceraian, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman tentang keluarga itu sendiri. Maka bimbingan Pranikah atau Bina Pranikah sangatlah penting. Ada beberapa tujuan dilakukannya Bimbingan Pranikah atau Bina Pranikah :
  • Mengetahui konsep pernikahan Kristen yang perlu dijalankan oleh setiap individu dan menjadikan Tuhan sebagai dasar rumah tangga.
  • Membuat setiap peserta menyadari mengapa Tuhan mengizinkan diriya menikah dengan pasangan hidupnya.
  • Mengetahui siapakah dirinya yang sebenarnya, dan siapakah diri pasangannya dengan lebih dalam.
  • Mengetahui hal-hal penting yang perlu dipersiapkan sebelum menandatangani kontrak seumur hidup, baik dalam masa suka maupun masa duka, sampai kematian memisahkan mereka.
  • Mengetahui potensi-potensi masalah yang akan dihadapi dalam rumah tangga jikalau dirinya memutuskan menikahi pasangannya, serta mendapatkan petunjuk-petunjuk untuk mengatasi potensi tersebut.
  • Mendapat aneka tips praktis pernikahan bahagia.


Maka ada hal-hal pokok yang seharusnya diberikan diawal pernikahan yang menjadi pedoman dalam menjalankan keluarga, diantaranya : Tugas dan tanggungjawab suami/istri dalam keluarga, psikologi keluarga, manajemen keuangan keluarga, dll.

Begitu pentingnya pemahaman, maka :
1.    Setiap pribadi, orang percaya hendaknya memiliki hati yang terbuka untuk diajar. Maka dari itu diperlukan kerendahan hati.
2.    Setiap pribadi merasa haus akan kebenaran.
3.    Memiliki kerinduan untuk diperbaharui dan dilengkapi.
4.    Bersifat terbuka.
Pemahaman yang benar dapat kita peroleh dengan banyak cara : membaca, mendengar dan melihat. Dalam konteks kerohanian, maka pengajaran yang benar dapat diperoleh melalui pemahaman Alkitab dalam khotbah dan diskusi. Maka dari itu hadirlah dan dengarkanlah agar kita memiliki pemahaman yang benar.


Ilustrasi.
Siapakah Tuhan itu?
Suatu ketika seorang guru bertanya kepada murid”nya tentang siapa itu Tuhan?
Ketika guru bertanya kepada Steven, menjawablah ia bahwa Tuhan itu adalah hakim yang mengadili orang jahat karena bapaknya Steven seorang hakim.
Lalu guru bertanya kepada Albert, siapakah Tuhan? Jawab Albert, Tuhan adalah dokter yang bisa menyembuhkan segala penyakit, karena bapaknya Albert adalah seorang dokter.
Selanjutnya guru bertanya kepada Michael, siapa Tuhan? Michael berkata bahwa Tuhan adalah yang bisa memberikan segalanya ketika kita meminta kepadaNYA. Bapaknya Michael adalah konglomerat yang selalu menuruti keinginan anaknya.
Semua anak ditanya dan jawabnya adalah perspektif mereka terhadap pekerjaan bapaknya di dunia.
Tibalah giliran Sarjo yang akan ditanya oleh guru. Guru tahu bahwa Sarjo tidak semapan teman” nya yang hidup nya berkecukupan. Kepala Sarjo menunduk kebawah, tidak berani menatap gurunya.
Sang guru lalu bertanya kepada Sarjo, siapakah Tuhan itu? Dengan suara lemah Sarjo menjawab bahwa Tuhan itu adalah seorang ‘pemulung’. Tiba-tiba kelas menjadi ricuh & ribut dgn jawaban Sarjo, bagaimana bisa Tuhan itu seorang ‘pemulung ?
Lalu gurupun bertanya, kenapa Sarjo bilang kalau Tuhan itu ‘pemulung’? Lalu Sarjo menjawab dengan menengadahkan mukanya, Sarjo berkata bahwa seorang pemulung mengambil barang-barang yang tidak berguna dan mengumpulkannya, membersihkannya sehingga menjadi berguna. Bapak saya juga memungut saya dari jalanan dan membawa pulang saya kerumahnya, saya diasuhnya, disekolahkan, dididiknya sehingga menjadi berguna. Jika bapak saya tidak mengambil saya, entah jadi apakah nasib saya sekarang dijalan.
Demikianlah Tuhan menjadi seorang ‘pemulung’ yang mengambil yang tidak berguna menjadi berguna. Semua org di kelas terdiam dan tanpa terasa sang guru meneteskan airmata. Lalu dipeluknya Sarjo dengan erat sambil menangis terharu.

Pertanyaan-Nya, salahkah jawaban teman-teman Sarjo ?
Yang pasti, mereka memiliki perspektif masing-masing sesuai dengan apa yang mereka lihat dan alami  ?
Maka diperlukan pemahaman yang benar bukan hanya menurut perspektif saudara, tetapi sesuai dengan kebenaran itu sendiri.



CARA PANDANG-Bilangan 13:1-33 ; 14:1-9


Ilustrasi (dalam mengendarai mobil)

Dalam mengendarai mobil saya selalu belajar dan belajar. Bagi saya tidak ada orang yang lulus sebagai driver yang baik. Maka saya banyak melihat dan belajar dari berbagai tipe driver. Ada orang bawa mobil santai- lambat, cepat tapi tak terasa, ada orang bawa mobil ketika oper gigi (porseneling) terasa, tetapi juga ada yang sangat halus. 
Saya pernah mendengar wawancara di salah satu Radio tentang bagaimana cara/ atau pertimbangan-pertimbangan yang perlu dipikirkan untuk memilki/ membeli sebuah mobil baru atau bekas.

Lalu salah satu yang disarankan adalah :
  • Kalau mobilitas kita kebanyakan hanya didalam kota, maka disarankan  cukup membeli mobil yang cc nya tidak terlalu besar, karena cc yang besar akan berpengaruh kepada BBM.
  • Tetapi jika sering bepergian ke luar kota, maka lebih baik membeli mobil ber cc besar/tinggi, karena membutuhkan kecepatan yang tinggi dan tenaga yang kuat.

Lalu saya banyak belajar, melihat dan saya coba renungkan. Ada benarnya, tetapi saya memiliki cara pandang/pemikiran yang sedikit berbeda untuk saran kedua sehubungan dengan relasi antara cc dan kebutuhan cepat. 

Dalam konteks bepergian jauh, kecepatan dan tenaga tidak selamanya kita peroleh dari mobil yang ber cc besar atau tinggi.

Maka saya renungkan bahwa ketika saya bepergian dengan jarak yang cukup jauh, diatas 5-7 jam, ketika saya butuh cepat, mengejar waktu,  maka yang dibutuhkan bukan semata-mata mobil yang ber cc besar atau tinggi ; 
1)   Yang diperlukan seorang pengendara baik mobil atau motor dan merupakan modal utama adalah adalah sebuah KEBERANIAN yang sering disebut nyali. Keberanian memacu mobil/ motor pada saat-saat orang tidak berani.
Ø  Bagaimana memacu kendaraan dengan kencang saat berada tikungan tajam, dimana pada umumnya orang mengurangi pacu, kecepatan mobil
Ø  Berani memotong/ mendahului kendaraan lain saat tikungan dengan jarak , rentangan yang sempit
Maka dibutuhkan sebuah KEBERANIAN.
band. Orang yang berhasil, tidak selalu ia disertai dengan MODAL yang CUKUP, tetapi ia disertai dengan SEBUAH KEBERANIAN mengambil resiko.

Maka saya melihat, kendaraan yang cepat adalah kendaraan yang disupiri oleh supir/ driver yang memiliki keberanian. 

2)   Yang kedua adalah KECEPATAN DAN KETEPATAN MENGAMBIL SEBUAH KEPUTUSAN.
Bagi saya, ketika mau cepat, kejar waktu, maka yang diperlukan adalah SEBUAH TINDAKAN CEPAT DAN TEPAT dalam mengambil keputusan.
Bagi saya, ketika mau mendahuli kendaraan lain,
Ø  saya hanya perlu space jarak 5-7 meter supaya mobil bisa masuk,
Ø  dan ketika saya sudah mendahului, saya hanya perlu jarak ½-1 meter  dengan mobil yang ada didepan.
Maka ketika ingin mendahului, saya tidak perlu berpikir lama untuk mengambil sebuah keputusan.
Hanya 3 langkah :
Ø  Lihat depan
Ø  Lihat belakang dengan kaca spion
Ø  Pastikan space/jarak cukup
PUTUSKAN mendahului atau sama sekali tidak. 
band. Kecelakaan sering terjadi karena terlalu lama dalam pertimbangan yang disertai dengan keragu-raguan.

3)   Maka saya pikir, Kapasitas mesin/ atau CC mobil menjadi tidak begitu penting.

Yang mau dikatakan bahwa kita semua memiliki cara pandang/ konsep berpikir  yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Bagi saya begitulah cara pandang, berpikir saya ketika mengendarai, tetapi mungkin berbeda bagi bapak/ ibu. Dan cara pandang saya bukanlah sebuah KEBENARAN YANG ABSOLUT/ MUTLAK.

CARA PANDANG BEGITU PENTING, sebab cara pandang terhadap sesuatu sangat menentukan cara kita bertindak.

Kata orang :
  • Cara pandang yang salah terhadap sebuah masalah bisa menjadi masalah.
  • Masalah bisa menjadi buruk tapi bisa juga menjadi baik, itu juga tergantung dari cara kita memandang.
Lihatlah hal yang baik dengan cara pandang yang buruk, maka hal itu akan terlihat sedemikian negatif.
Sebaliknya, lihatlah hal yang buruk dengan cara pandang yang baik, secara mengejutkan kita akan melihat hal-hal yang positif.

Ø  Bukan kadar sulitnya masalah yang membuat kita takut, tetapi karena memang kita takut menghadapi masalah-masalah yang sulit.

Maka begitu pentingnya memiliki cara pandang yang benar, yang absolute, mutlak tentu berdasarkan kebenaran firman Tuhan.

MASUK KE TEKS

Bagi Rasul Paulus, merasa begitu penting untuk menasehati, mengingatkan jemaat yang ia pernah layani agar memiliki konsep berpikir/ cara pandang yang benar dalam kehidupan ini.

Maka ia menulis sebuah surat penggembalaan untuk meluruskan konsep berpikir yang berkembang yang kurang benar yang melahirkan sebuah tindakan yang juga tidak benar.

YANG PERTAMA adalah Rasul  Paulus mau meluruskan pandangan yang kurang tepat saat itu tentang sebuah MASALAH, sebab masalah selalu didekatkan dengan dosa(1:2-3).
Paulus mau mengarahkan seharusnya ketika mendapat pencobaan (peirasmos), kita meresponi dengan positif, sebab masalah, pencobaan akan melahirkan ketekunan, menjadi sempurna dan utuh.
  
Orang berkata :

Masalah boleh ada untuk melatih diri kita agar dapat melihat yang tidak kelihatan menjadi KELIHATAN.

Seringkali kita tidak mengerti SIAPA dan bagaimana TUHAN, tetapi masalah, pencobaan MEMPERJELAS siapa dan bagaimana TUHAN bagi kita.

Itulah yang dilakukan DAUD.
Mazmur 27:6 – Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan.

DAUD tahu betul siapa lawannya, tetapi lebih perlu baginya TAHU SIAPA TUHAN DAN ALLAHNYA, maka ia menyerahkan seluruh pergumulannya dalam tangan TUHAN, agar ia melihat kebesaran TUHAN.
AYAT 11        ; “ tunjukkanlah jalan-Mu……….
          13      ; ‘ sesungguhnya aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup.

 Maka firman Tuhan katakan : jangan tawar hati.
Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”, Amsal 23:10.

RASUL PAULUS MENGAJAR agar jemaat ketika menghadapi masalah jangan TERLALU CEPAT MEMPERSALAHKAN apalagi TUHAN (13)


YANG KEDUA, Rasul Paulus mau meluruskan konsep berpikir tentang uang atau harta kekayaan.

Yang terjadi saat itu adalah

a.    SEGALA SESUATU DIUKUR/ DINILAI DENGAN MATERI.
b.    Orang miskin (upahan) ditindas oleh orang kaya/ majikan (5:4,6).
c.    Terjadi DISKRIMINASI, perlakukan yang berbeda berdasarkan apa yang dimiliki, digunakan istilah “memandang muka”(2:1-4).

Maka bagi Rasul Paulus dalam situasi seperti ini mereka perlu melihat apa yang dikatakan Alkitab tentang orang miskin/kemiskinan maupun orang kaya/kekayaan. Hal ini merupakan sesuatu yang penting, karena penerima surat Yakobus memang memiliki perspektif yang tidak benar tentang materi.

v  Sebagian dari mereka mengagungkan dan berpihak pada orang kaya (2:1-4).
v  Mereka bertengkar dengan sesamanya karena keirihatian untuk mendapatkan materi (4:1-2).
v  Doa mereka pun hanya terfokus pada materi dan untuk memuaskan nafsu (4:3).
v  Yakobus bahkan menyebut mereka yang terlalu mengagungkan materi sebagai sahabat dunia dan musuh Allah (4:4).
v  Di sisi lain, orang kaya sibuk mengumpulkan harta duniawi, bahkan mereka mengabaikan keadilan dan penghakiman di masa yang akan datang (5:1-6).
Penting bagi Paulus memberi pengertian
Ø  Bagaimana pandangan Alkitab tentang orang miskin/kemiskinan maupun orang kaya/kekayaan?
Ø  Bagaimana seharusnya kita memandang dan bersikap terhadap materi?
MAKA PAULUS BERKATA KEPADA JEMAAT ;
Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Bisa aktif / berbuat, tetapi menjadi pasif dan diam, maka itupun adalah sebuah dosa.

Saya mau berbagi CARA PANDANG terhadap MEMBERI salah sau bagian yang diperintahkan dan bagian dari berbuat baik.
  • Banyak orang berpikir bahwa Memberi berarti bagian kita menjadi berkurang
  •  Memberi berarti mengurangi bagian kita
  • Memberi berarti kita KEHILANGAN SESUATU, selain kehilangan uang, mungkin juga kita akan kehilangan rang/ sesuatu yang sudah lama kita rencanakan untuk dibeli dengan uang yang kita beri itu.


 ILUSTRASI

Ada seorang ayah/bapak yang sangat cukup yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan pesan pembagian harta warisan
  • 1/2 untuk anak pertama,
  • 1/4 untuk anak kedua dan
  • 1/5 untuk anak ketiga.

Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka.

  • Anak pertama           : mendapat ½ bagian dari 19 ekor      :  9 ½
  • Anak ke-2                : mendapat ¼ bagian dari 19 ekor      :  4 ¾
  • Anak ke-3                : mendapat 1/5 bagian dari 19 ekor    :  3,8


  
Tapi mereka menemukan keganjilan, mereka sadar bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang tidak utuh. Kalau dilaksanakan berarti ada kerbau yang harus dipotong, dibagi-bagi. Mereka tidak suka, dan ngotot harus mendapat utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang hanya punya 1 ekor kerbau. Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas, tulus  memberikan kerbaunya supaya msng-masing mendapat  bagian yang utuh. Tidak ada yang setengah-setengah.

Nah ini kerbau bapak, tambahkan dengan yang 19 tadi, jadi 20 ekor.
Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi.

  • Anak pertama mendapat ½ bagian dari 20               : 10 ekor
  • Anak kedua mendapat ¼ bagian dari 20 ekor           : 5 ekor
  • Anak ke-tiga mendapat 1/5 bagian dari 20 ekor        : 4 ekor
Lala si bapak tua berkata : sekarang tugasku sudah selesai, amanah almarhum AYAH kalian sudah kita jalankan.
  • Anak pertama dapat    : 10
  • Anak ke-2 dapat        : 5
  • Anak ke-tiga dapat     : 4


Jumlah total sapi yang dibagi 19 ekor

Sisa satu, bolehkah saya membawa yang satu ekor ini ???
Anak-anak mempersilahkan si bapak membawa sisa 1 ekor


SAUDARA KETIKA KITA MEMBERI KITA TIDAK SEDANG KEHILANGAN DAN KEKURANGAN
·   Banyak orang berpikir, ketika kita memberi itu berarti kita mengurangi jatah belanjaan kita, jatah kebutuhan kita
·   Ketika kita memberi itu berarti kita mengurangi tabungan kita, yang seharusnya mungkin kita bisa menabung 500 sebulan, karena banyak tek-tekan, maka akhirnya kita tidak bisa menabung
·      Ketika kita memberi itu berarti kita kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa kita beli dan miliki

Tetapi ketika kita MEMBERI….. SESUNGGUHNYA KITA TIDAK SEDANG KEHILANGAN SESUATU DAN TIDAK SEDANG MENGALAMI KEKURANGAN
Ketika memberi kita sedang dalam membantu orang lain

Dari ilustrasi tadi, saya memahami bahwa sebenarnya dan seharusnya dengan jumlah 19 ekor yang pertama mereka bisa memperoleh kerbau secara utuh
Anak pertama 10
Anak ke 2 5
Dan anak ke 3 4
Tetapi mengapa setelah dibagi, masing-masing anak tidak mendapat bagian yang utuh

Setelah dibantu menjadi 20 ekor, dibagi, mereka mendapat utuh, TETAPI SEBENARNYA JUMLAH KERBAU TIDAK PERLU DITAMBAH, MEREKA TIDAK KEKURANGAN KERBAU, karena toh setelah dijumlah hanya perlu 19 ekor saja untuk mendapatkan bagian yang utuh.

maka saya memahami bahwa : 
  • Ketika memberi kita sedang meringankan beban, kesusahan orang lain
  • Ketika memberi kita sedang menyempurnakan SESUATU
        Terkadang kita dipanggil TUHAN UNTUK :
v  MENYEMPURNAKAN
v  Untuk terlibat bukan karena orang BERKEKURANGAN
  • Ketika kita memberi, firman Tuhan katakan, secara tidak langsung maka kita memiutangi TUHAN
http://alkitab.sabda.org/images/advanced.gif
Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN yang akan membalas perbuatannya  itu.

Banyak hal dalam dunia ini yang tidak bisa didasarkan atas logika dan matematika.

Hanya perlu SEBUAH TINDAKAN IMAN yang mungkin bagi dunia dianggap sebuah tindakan tanpa perhitungan dan perencanaan. Itulah yang dilakukan ABRAHAM sehingga ia disebut Bapa orang beriman.

Mohon maaf, saya sering menemukan kita memberi tidak sesuai dengan kemampuan kita, tidak sesuai dengan takaran kita. Saya mau katakan berilah sesuai dengan kemampuan, kekuatan dan takaran kita.

Mengapa kita tidak berani memberi lebih, letak persoalannya adalah kita masih memandang memberi itu adalah tindakan MENGURANGI BAGIAN KITA, Memberi berarti KEHILANGAN UANG  kita

Tidak mudah memang, tetapi kita rindu, mau melihat ada sebuah proses dan progres, pergerakan maju dari yang dulunya hanya memberi sedikit, lama-lama ada perubahan.

Saya mau sampaikan :
Memberi ukurannya bukan kebutuhan yang harus dicukupi
Memberi ukurannya bukan orang-orang disekitar kita yang memberi
Tetapi ukurannya adalah APA YANG TUHAN BERIKAN BAGI KITA, KASIH ALLAH DALAM KEHIDUPAN KITA.
                                                                                                                                                                  
Perenungan 
Bapak, ibu bagaimana konsep/ cara pandang saudara ketika memberi ???
ketika melakukan banyak HAL ???
Miliki cara pandang yang benar dan baik.